Dear Rani

Assalamualaikum Ran.
I really miss u. Kangen dengan keceriaanmu. Kangen berbagi cerita denganmu. Dan terutama kangen berbagi mimpi dan inspirasi. Kau tahu, aku selalu bersyukur dipertemukan denganmu. Hingga kita menjadi sahabat.

Kau membuatku belajar banyak hal. Tentang cara menghargai. Tentang totalitas. Tentang bagaimana cara berbicara. Tentang cara mengingatkan dengan cara yang bisa tetap menyenangkan dan tidak menyakiti. Tentang pencarian hikmah atas berbagai ketetapanNya.

Kau mewarnai duniaku dengan sikap extrovertmu yang menyenangkan. Kau membuatku percaya untuk bisa mewujudkan mimpi-mimpiku. Kau memahami dan nemaklumi sikap koleris dan ngototku yang terkadang menyebalkan.

I'm alright, Alhamdulillah. Yup, you know me so well. Aku selalu menghabiskan waktuku di masjid Salman. Setiap pulang kursus, ataupun hari libur. Masjid selalu menjadi tempat paling menyenangkan untuk orang introvert sepertiku.

Tahu nggak, kayaknya sikap introvert dan anti sosialku tambah parah. Kau tahu kan aku nggak pernah bisa berbaur dengan mudahnya. Selalu diam dalam pembicaraan banyak orang. Datang ketika kelas mulai dan pulang ketika kelas berakhir. Dan melarikan diri ke masjid. Selalu seperti itu.

Tapi setidaknya,   teman-temanku tidak mempermasalahkan semua itu. Mereka semua kebanyakan orang daerah. Banyak cerita yang mereka bagi tentang daerah mereka. Membuat semangat bertualangku muncul dan berjanji pada diriku suatu saat nanti akan kukelilingi negeri ini. Betapa Allah Maha Baik padaku.

Ran, tahu nggak, dulu aku selalu takut ninggalin IQF. Takut jika tidak bisa mendapat lingkungan kondusif lagi. Takut jika menjadi jauh dengan Quran. Takut jika ambisi duniaku mengalahkan ambisi akhiratku.

Tapi ternyata Allah Maha Baik. Aku dipertemukan dengan orang-orang yang insya Allah sholihat. Ada Aulia, teman kosku, mahasiswi ITB dan aktivis dakwah di kampusnya. Kami sering berdiskusi banyak hal. Juga kebanyakan teman-teman kursusku juga hanif.
Daan kau tahu Ran. Aku jatuh cinta dengan kampus ini. Mengerti pada akhirnya kenapa ITB merupakan mimpi banyak orang. Suasana akademis yang terbangun di sini sangat terasa. Meja-meja panjang dan colokan listrik banyak tersedia di masjid. Semua belajar. Dalam kampus sendiri, banyak meja dan kursi di bawah pohon. Banyak mahasiswa duduk di sana untuk belajar.

Untungnya nggak ada jurusan ekonomi islam di ITB. Kalau ada, mungkin aku galau tingkat parah untuk melanjutkan kuliah di tempat ini.

Dan kau tahu Ran, mahasiswa di sini tak cuma rajin belajar. Mereka juga banyak yang menghafal Quran. Di salman ada program tahfidz yang membuat kita bisa menyetor hafalan tiap senin-sabtu. Sayangnya waktunya nggak match dengan jadwal kursusku.
Ya, aku melihat beberapa sedang asyik menghafal di masjid. Mandiri. It's really awesome. Membuatku semangat untuk terus menghafal Quran.

Tapiiii, hafalanku kacau ran. Nggak ada tempat setoran dan aku harus mengandalkan diriku. Dan aku juga nggak berani untuk menambah hafalan karena hafalanku sebelumnya masih kacau dan belum mutqin. Rasanya, mimpi untuk mampu menyelesaikan hafalan itu masih jauh.
Tapi aku selalu bersyukur untuk tetap bisa membersamai Quran. Kesibukan jadwal kursusku yang padat membuatku selalu rindu dengan Quran dan menggunakan waktu singkatku untuk membersamainya.

Ya, terkadang keterbatasan waktu membuat kita jauh lebih menghargai waktu yang kita miliki. Dulu aku memiliki banyak waktu luang dan dengan mudahnya kubuang percuma dengan kebanyakan tidur dan bersantai. Juga parahnya terkadang bosan dengan Quran. Kacau sekali. Allah menegurku dengan caraNya. Allah selalu keren ya dalam menegur hambaNya.
Ran, jangan tanya apakah aku merindukan IQF. Sangat. Selalu. Dan semoga Allah Yang Maha Baik mengizinkanku untuk kembali dan berkontribusi di sana. Kau tahu Ran, aku punya mimpi tentang IQF. Mimpi baru lagi. Haha  selalu ya, aku kebanyakan bermimpi. Sebenarnya bukan mimpi baru. Mimpi lama yang terpendam karena sadar diri dengan kemampuanku yang kurang. Aku punya mimpi untuk membangun Quranic English Camp, ran. Di unit bisnis IQF nantinya. Mengajarkan bahasa Inggris pada penghafal Quran, khususnya untuk TOEFL dan conversation. Membantu mereka untuk bisa meningkatkan skill yang bisa membuat mereka berkontribusi lebih untuk dakwah. Ya, karena pada dasarnya bahasa adalah salah satu tools kita dalam menyampaikan kebaikan.

Ingat malika ran, bule yang pernah kita ajar? Sedih banget kan kalo kita nggak bisa mengajarkan Quran karena terhalang kemampuan berbahasa? Padahal pasti banyak yang butuh belajar Quran. Apalagi MEA akan dibuka dan Indonesia akan dimasuki oleh berbagai masyarakat luar negeri. Dakwah kita juga harus lebih masif dengan tunjangan kemampuan berbahasa yang kita miliki.
Duh mimpiku sudah kejauhan ran. Padahal di sini nilaiku kacau parah. Aku stress banget sama sesi Listening. Nggak bisa denger dan nggak ngerti apa yang diucapkan dalam rekaman soal. Padahal Listening bukan sesuatu yang cepat untuk dikuasai. Perlu pembiasaan yang lama.

Doain ya Ran, semoga urusanku berkah dan dimudahkan. Aku pun selalu berdoa yang sama untukmu. Berharap segala urusanmu juga selalu diberkahi dan dimudahkan. Semoga kita bisa kerja bareng lagi membangun IQF. Semoga Allah Yang Maha Baik menjaga kita untuk tetap istiqomah membersamai Quran karenaNya dimana pun berada. Semoga Allah tetap menjaga kita untuk membangun mimpi tentang surga. Semoga Allah meluruskan niat kita murni karenaNya pada setiap aktivitas yang kita lakukan. Semoga Allah menempatkan kita di lingkungan yang membuat kita selalu mengingatNya. Dan terutama semoga Allah mengumpulkan kita di surgaNya.

Komentar

Postingan Populer