Sukses Terbesar dalam Hidupku (esai LPDP)

Menjadi anak pertama dari delapan bersaudara bukanlah hal yang mudah. Apalagi dengan kondisi penghasilan orangtua saya yang tidak menentu. Ayah saya yang berprofesi sebagai wiraswasta, seorang fotografer, dan ibu saya sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja.  Ada kondisi dimana kami sekeluarga bisa makan enak, dan seringkali kami harus puas dengan lauk tempe atau hanya kerupuk. Menunggak bayaran sekolah adalah suatu hal yang lazim dilakukan karena keterbatasan biaya. Saat masa sekolah, SD, SMP, dan SMA, tidak mendapat kartu ujian karena belum bayar spp adalah hal rutin yang harus aku dan adik-adikku alami. Alhamdulillah, meski begitu kami tetap bisa melewatinya dan tetap bisa melanjutkan sekolah. Tiga di antara kami melanjutkan jenjang kuliah dengan mendapat beasiswa.

Sejak SD, saya terbiasa jualan untuk mendapat tambahan uang saku. Dari mulai permen, sticker,  kue, gorengan, hingga buku. Walaupun dengan hasil yang tidak seberapa, bangga rasanya bisa menghasikan uang sendiri. Lulus SMA, saya bekerja part time di salah satu taman bacaan sebagai tenaga administrasi, sembari menunggu pengumuman kelulusan dan seleksi masuk PTN. Alhamdulillah, saya diterima di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. 

Awal mula pendaftaran, saya sempat ragu. Pasalnya belum ada biaya untuk mendaftar. Saya sempat mengutarakan pada ibu untuk menunda kuliah setahun agar saya bisa melanjutkan kerja. Ibu marah dan memaksa saya untuk tetap mendaftar kuliah. Di hari terakhir batas pembayaran, uang yang ada masih belum mencukupi. Saya pasrah. Namun, tiba-tiba siang hari, seorang kakak kelas di kampus, yang baru saya kenal saat awal daftar ulang menelpon dan menanyakan keadaan saya. Ya, saya memang sempat mengajukan masalah saya pada advokasi BEM. Bersyukurlah, kakak kelas itu menelpon dan memberitahukan bahwa batas pembayaran diundur dan saya bisa memperoleh pinjaman NADI (Dana Pendidikan) untuk biaya masuk kuliah saya. Tidak hanya itu saya juga direkomendasikan untuk mendaftar beasiswa Bidik Misi.

Syukur tak terhingga, saya lolos beasiswa Bidik Misi, dan untuk pertama kalinya dalam masa studi saya, saya tak khawatir dengan biaya yang harus dibayar. Saya fokus kuliah. ikut berbagai organisasi di kampus, dan juga mengikuti berbagai event perlombaan. Alhamdulillah saya mendapat nilai yang cukup baik dan stabil. Saya juga mendapat kesempatan meraih dana hibah Dikti karena program kreativitas mahasiswa bidang kewirausahaan yang saya dan teman sekelopok saya buat, berhasil lolos pendanaan. Tidak hanya itu, saya juga berhasil menjadi finalis lomba Entrepreneur Challenge Gebyar Akuntansi UNJ dan Juara 3 Lomba Debat Sospol FE UNJ.

Selain kulian, berorganisasi, dan mengikuti perlombaan, saya juga melakukan kerja part time sebagai tenaga pengajar di salah satu bimbingan belajar. Akhir pekan saya isi dengan menjadi guru privat. Saya anak pertama dan memiliki adik banyak. Saya harus bisa membantu orangtua saya. Begitu tekad yang saya bangun. Terkadang saya pernah iri dengan teman saya yang hanya memiliki fokus kehidupan di kampus. Bisa fokus belajar, berorganisasi, bergaul, dan sebagainya. Saya juga pernah lelah dengan padatnya jadwal yang saya miliki. Namun satu hal yang selalu saya percaya. Allah tidak akan memberi masalah kepada hambaNya di luar kemampuannya. Berarti Allah tahu saya cukup kuat melewati ini semua. Ya, dengan berbagai masalah yang ada membentuk karakter saya sebagai sosok yang mandiri.

Lulus kuliah, saya bertekad untuk menjadi seorang penghafal Quran. Saya menjadi santri Indonesia Quran Foundation dan tetap melakukan aktivitas saya sebagai tenaga pengajar di bimbingan belajar dan lembaga privat. Bulan kelima menjadi santri, saya direkrut menjadi pengurus, dengan posisi sebagai Humas Indonesia Quran Foundation. Karya yang saya dan teman-teman hasilkan ‘sebagai program kerja unggulan Humas adalah penerbitan buku “Mahasiswa-mahasiswa Penghafal Quran.”  Dalam buku itu kami menceritakan proses menghafal Quran yang kami lakukakan di tengah berbagai kesibukan kami kuliah dan bekerja. 

Melihat perjalanan hidup saya bertahun-tahun lalu sama sekali tak terbayangkan bahwa saya akan seperti ini. Ikut perlombaan, lulus sarjana, bekerja dengan pekerjaan yang saya sukai, menghafal quran, menjadi penulis buku. Hal itu adalah mimpi-mimpi yang pernah saya list saat saya masih duduk di bangku SMP dan tak percaya bahwa semua ini nyata. Bismillah, Bermimpilah, maka Allah akan memeluk mimpi-mimpimu. Ya, saya akan melanjutkan mimpi saya. Mendapat beasiswa S2 dan melanjutkan studi saya ke jenjang selanjutnya.

Komentar

Postingan Populer