mau kemana?

Skenario 1
“Asma, long time no see…”
“Hey, apa kabar?”
“Baik, Alhamdulillah. Lo gimana?”
“Baik juga. Sibuk apa sekarang?”
“Ngajar. Lo gimana?”
“Iya. Gue juga ngajar sambil nyari S2. Lo selain ngajar ngapain aja?”
“Mm, gue lagi ikut asrama ngafalin Qur’an.”
“Ooh, trus rencananya ngapain aja? Jadi nyari beasiswa  S2 g?”
“Mm. Ga tahu deh. Kayaknya nggak tahun ini.”
“Lho kenapa? Mau apply kerja?”
“Mm.. nggak juga.”
“Trus?”
“Mau ngajar aja sambil fokus ngafalin Qur’an.”
“Oh.”

Skenario 2
“Asma, beasiswa S2 Brunei lagi dibuka tuh. Kamu nggak coba?”
“Mmm.., nggak deh”
“Lho kenapa nggak dicoba aja? Lumayan kalo keterima. Brunei negeri kaya loh. Apalagi dia menerapkan syariat Islam. Pasti ekonomi syariah di sana bagus dan berkembang pesat.”
“Kayaknya Asma nggak bisa ninggalin Indonesia deh. Asma masih mau di IQF. ”
“Lho? Di sana kamu juga bisa ngafalin Qur’an kan?”
“Iya sih, tapi kan Asma nggak mau ninggain IQF dulu. Setidaknya jangan tahun-tahun ini.”

Skenario 3
“Asma, kamu sudah nyari info beasiswa LPDP?”
“Belum.”
“Lho katanya kamu mau S2?”
“Nggak sekarang kayaknya.”
“Lho, memang kenapa?”
“Asma mau fokus ngafalin Qur’an dulu.”
“Lho, sambil jalan aja. Kalo kayak gitu nanti nggak kepegang dua-duanya. Hafalan belum selesai, S2 juga nggak.”
“Hmm.”
“Kamu S2 bukan buat ngejar dunia. Ketika kamu jadi expert di bidang ekonomi syariah, kamu bisa berkontribusi lebih buat dakwah. Kamu punya kesempatan. IP kamu lumayan. Bahasa Inggris juga. Kamu punya kesempatan, kenapa nggak dicoba dulu?”
“Hmm”
***
Lagi-lagi aku terlena dengan comfort zone. Ya, tiba-tiba aku terlalu takut untuk meninggalkan duniaku yang sekarang. Hidupku sempurna menurutku. Aku memiliki pekerjaan yang tidak terikat, namun tetap bisa menghidupi keseharianku. Aku tinggal di lingkungan yang bisa memotivasiku untuk mengingat akhirat, membersamai Qur’an, mengenal orang-orang yang mampu menginspirasi, dan terkadang bisa sedikit beramal sholeh dengan pekerjaan-pekerjaan rumah sederhana yang bisa kulakukan. Dan setidaknya aku juga masih sedikit bisa membantu ibu mengurus rumah.

Salahkah jika aku nyaman dengan kesederhanaan ini?

Orang-orang sibuk bertanya tentang rencana masa depanku.
·        
·         S2? Apply kerja di perusahaan besar? Daftar PNS?

Hmm..

Boleh aku menjawab?

Aku hanya ingin menikmati kesederhanaan ini. Merancang mimpi tentang akhiratku. Dengan amal-amal sederhana yang setidaknya bisa kulakukan saat ini. Aku mengerti. Mengerti alasan harus S2, atau bekerja mencari uang., mengerti bahwa dengan cara itu katanya aku bisa berkontribusi lebih untuk dakwah. Mengerti bahwa aku juga masih banyak tanggungan.  Tapi bahkan saat ini, aku masih kesulitan membagi waktuku antara kewajiban-kewajiban yang harus kulakukan dengan hafalan Quran ku, ilmuku masih terlalu sedikit. Terlalu banyak PR yang harus kulakukan. Kemampuan bahasa Arabku nol besar. Masih banyak list buku yang harus kubaca seperti fiqih, tafsir, shiroh, dan berbagai buku lainnya. Aku hanya ingin menikmati waktu belajar nonformalku. Tanpa harus terikat dengan aturan sistem manusia, bernama nilai, titel, ataupun gelar. Aku masih nyaman dengan waktuku yang tidak terikat dimana aku bisa memilih sendiri prioritas yang harus kulakukan. Aku masih nyaman dengan amal-amal sederhana yang tidak harus membuatku bertanya benarsalahkah yang kulakukan.

Salahkah?

Insya Allah aku akan tetap berdakwah. Insya Allah aku akan tetap mencari uang. Insya Allah aku akan tetap belajar. Insya Allah aku akan tetap membantu. Insya Allah aku akan tetap merancang hidupku dengan visioner. Tapi, aku memilih melakukannya dengan caraku. Maafkan.









Komentar

Postingan Populer