Episode proyek buku

Sudah ketiga kalinya, lagi-lagi aku minta izin untuk tidak pulang. Ya, di saat jadwalku untuk melakukan birrul walidain, aku malah memilih untuk menyelesaikan tulisan untuk suatu proyek yang aku anggap kebaikan, proyek yang merupakan perwujudan mimpi kanak-kanakku, menjadi seorang penulis, atau setidaknya menerbitkan buku sebelum aku menghadapNya. Berharap buku yang kutulis berisi kebaikan, bisa menjadi sumber inspirasi, membuat orang tergerak dan berubah menjadi lebih baik, dan terutama menjadi modal amal jariyahku, teman di alam kubur kelak.
Namun, terkadang asa bisa berubah menjadi hawa. Semangat itu tiba-tiba terlalu melangit dan berubah menjadi nafsu. Otakku terus menerus memikirkan berbagai tulisan yang ingin kubuat. Laptop yg selama ini berusaha seminimal mungkin kujalin interaksinya khawatir membuat lalai, tiba-tiba aku tak sadar menghabiskan waktu berjam-jam di depannya. Beralasan ingin menyelesaikan tulisan, namun entah kenapa ideku mati. Otakku yg biasanya penuh gagasan, buntu.
Dan tulisan-tulisan yang akhirnya mengejar deadline, jauh dari kualitas yg kuinginkan. Padahal aku sudah mencoba mencicil dengan mencoba mengerjakan jauh-jauh hari sebelumnya. Namun tetap saja terbentur ide yg tidak muncul2, yg ada hanya stuck, dan waktuku terbuang sia2. Puncaknya pada hari itu. Setelah menghabiskan dua hari penuh,. Memantangi laptop, berharap ideku keluar dan yg ada hanya rasa frustasi. Dan tak ada tulisan baru yg kuhasilkan hari itu. Hanya tulisan-tulisan lama yang kuedit dan kukirim sebagai bentuk formalitas. Sudah cukup aku membuang waktu. Saatnya untuk Quran Time.

Satu persatu rekan-rekan timku mulai mengirim cerita mereka. Aku semakin frustasi dengan karya-karya luar biasa yg mereka hasilkan. Aku semakin tak konsentrasi dengan Quran. Rentetan ide tulisan muncul dan menggodaku. Menyerah. Kuletakkan Quranku, dan kuraih laptop. Karena batereku rusak, aku butuh listrik untuk menyalakannya. Kusambungkan charger, kutekan tombol power daaaaan laptopku bergeming tak mau menyala. Layarnya tetap hitam. Aku panik. Kutekan sekali lagi. Tetap tidak mau menyala. Kutekan berkali-kali. Tak juga menyala. Aku menyerah. Kubereskan laptop dan kuraih kmbali Quran yg td kutinggalkan.

Astaghfirullah.
Tiba-tiba aku berfikir ulang tentang selama ini yg kulakukan. Jangan-jangan proyek yang kuanggap kebaikan ini, tak mendapat keberkahan? Jangan-jangan aku terlalu berlebihan? Jangan-jangan ada yg kukorbankan dr kesibukanku selama ini? Tiba-tiba aku ingat ibuku. Ingat ekspresi wajahnya tiap kuminta izin. Wajah ibu datar. Ingat ekspresi adik-adikku saat aku lagi2 terburu2 baru pulang ke rumah dan kemudian beranjak pergi lagi. Duh, jangan2 aku lagi2 tak tawazun dengan tindakanku.
Dan aku teringat target hafalanku yang entah apa kabarnya. Murojaah yang dengan mudahnya kutinggalkan. Tilawah yg sekedar mengejar target. Karena fokusku yang berganti arah.
Kalau seperti itu rasanya aku ingin menghilang. Mundur. Kembali ke duniaku. Fokus Quran dan keluarga. Dua hal yang selama ini jadi prioritas hidupku, dan harus tergeser diam2 demi mimpi katanya kebaikan.
Tapi, tetap saja ini masalah komitmen. Lagi-lagi aku terjebak dgn kegalauan akibat ulahku sendiri. What should I do? Aku harus evaluasi diri. Aku harus susun ulang jadwalku. Aku harus minta maaf dan minta ridho Ibu untuk mewujudkan mimpiku. Dan harus ada konsekuensi2 yg harus aku tunaikan. Tidak boleh ada waktu terbuang sia2. Tidak boleh ada excuse untuk jdwal Quran time pribadi. Susun tulisan, buat konsep terlebih dahulu, disiplin dengan target waktu. Dan yang utama dan terutama, aku harus berdoa, meminta padaNya, Sang Pemilik Waktu, Maha Pembolak balik hati, Sang Pemberi Ide, semoga Dia membantuku meluruskan niatku, menyeimbangkan semangatku untuk tak bercampur dengan nafsu. Memudahkn urusanku dan urusan keluargaku, memberi keberkahan untuk setiap aktivitas yg kulakukan.
Allah, bantu kami untuk tetap bisa mengambil hikmah dalam setiap ketetapanMu.

Komentar

Postingan Populer