Sebuah Catatan Tentang IQF
Aku pernah bermimpi. Untuk tinggal di
lingkungan orang-orang shaleh, lingkungan yang terus mendekatkan diriku pada
ALLAH, lingkungan yang bisa membuatku terus berinteraksi dengan Qur’an,
lingkungan yang bisa terus menerus membantuku berubah menjadi lebih baik,
lingkungan yang bisa membuatku terjaga dan terus mengingatkanku bahwa hidup tak
hanya sekedar di dunia, lingkungan yang memiliki orang-orang hebat yang mampu
menginspirasiku, lingkungan yang di dalamnya penuh ketulusan.
Dan ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang mempertemukanku dengan tempat ini. Di tempat yang impianku berubah
nyata.
Aku akan bercerita sedikit perjalananku
sampai ke tempat ini. Aku ingin fokus
menghafal Qur’an pasca lulus kuliah. Itu tekad yang kubangun sejak kuliah. Dan
setelah menyelesaikan skripsi dengan proses berdarah-darah, akhirnya aku lulus
juga. Aku mengepak barangku dan mulai menulis list asrama-asrama Qur’an yang
potensial untuk dapat kuikuti. Syarat pertama, tentu saja berada di Depok. Ya,
harus berlokasi di Depok karena aku masih memiliki amanah untuk mengurus dakwah
sekolah. Syarat kedua adalah tempat itu memberiku kesempatan untuk mencari
nafkah. Hey, aku anak pertama dari delapan bersaudara. Egois sekali kalau aku
hanya fokus menghafal Qur’an dan tak membantu orangtuaku. Lagipula aku juga
akan memilih pekerjaan yang tidak terikat dan memberiku kesempatan untuk tetap
bisa focus menghafal Qur’an. Lewat BC yang diterima adikku, Fida, yang kuliah
di Gizi FKM UI angkatan 2012, akhirnya aku mengetahui pembukaan pendaftaran
santri baru IQF. Sebenarnya nama IQF telah kukenal sejak lama karena aku pernah
tinggal di Rumah Qur’an dan salah satu teman SMAku ikut program ini. Namun aku
sama sekali tak pernah mendapat informasi pembukaan pendaftaran tempat ini.
Yang paling menyenangkan dari tempat ini mungkin karena lokasinya yang tidak
jauh dari rumahku yang bisa diakses hanya dengan jalan kaki, walaupun waktu itu
aku tak tahu detail tempatnya dimana. Dan aku bisa tetap membantu Umi di rumah
selesai program. Dan ketika membuka situs informasi pendaftaran IQF beserta
jadwal-jadwal programnya aku merasa tempat ini sempurna. Tapi yang sedikit
membuatku ragu adalah persyaratan calon santri sebagai mahasiswa atau calon
mahasiswa. Duh, aku kan sudah bukan mahasiswa lagi, kira-kira aku diizinkan
tidak ya, mendaftar di tempat ini?
Dan aku memberanikan diri untuk menghubungi
contact person akhwat yang tertera di sana. Aku ingat betul Ratna adalah sosok
pertama yang kuhubungi untuk mendaftar IQF. Ratna lah yang dengan sabar
menjawab pertanyaan-pertanyaanku saat aku ribet mendaftar. Ratnalah yang
mewawancaraiku saat masuk IQF awal. Aku sama sekali tak menduga bahwa dia
adalah angkatan 2011. Sosok yang tegas dan terlihat dewasa. Berbeda sekali
denganku yang justru lebih tua darinya. Melalui Ratnalah aku menyampaikan
kesiapanku untuk tinggal di asrama IQF. Aku ingat betul ekspresinya yang
terkejut saat aku bercerita bahwa aku sudah mengepak barang-barangku untuk
persiapan asrama. Dan aku sama sekali tak menyangka ternyata peminat yang
mendaftar di IQF sangat banyak dan harus diseleksi. Waktu itu Ratna bertanya
padaku. “Apa yang membuat IQF harus menerima kakak?” Waduuh, aku harus jawab
apa ya. Rasanya aku tak cukup pantas. Tahsinku masih berantakan, kemampuanku
menghafal juga lambat sekali. Tapi setidaknya aku sudah meniatkan diri untuk
fokus menghafal Qur’an setelah lulus, apa pun yang terjadi. Aku pun memilih
pekerjaan yang memang memberiku kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan
program IQF, yaitu menjadi guru freelance di NF. Waktu itu aku ingat betul saat
menyusun jam mengajar aku meminta jam mengajar hanya samapai pukul 18.00,
supaya aku bisa mengikuti kegiatan asrama. Pede banget ya, padahal waktu itu
aku belum diterima di IQF. Dan jawabanku ke Ratna adalah setidaknya aku sudah
memiliki kesiapan untuk mengikuti program asrama di IQF, sudah menyusun jam
kerja sesuai dengan program. Dan setelah proses seleksi, aku tak pernah
berhenti berdoa untuk supaya lolos seleksi. Dan ALLAH yang Maha Baik menjawab
doaku.
Tempat ini tak jauh dari ruwetnya jalan
Margonda, tak jauh dari kampus-kampus ternama dan banyak mahasiswa yang tinggal
di tempat ini walaupun dengan tuntutan akademis yang mereka miliki. Untuk
menggapainya kau harus menelusuri jalan Kapuk
hingga ujungnya. Dan kau akan mendapati sebuah rumah besar dengan
mushola, bangunan asrama, dan sebuah lapangan. Rumah milik Pak Haji Sugeng dan
keluarganya. Keluarga yang selalu menginspirasiku. Kami menyebut mereka Umi dan
Abi. Anak-anak mereka, Atikah, Azizah, Hafshoh, Fatih, dan Daud. Hey, bisa saja
mereka memilih untuk membangun rumah mewah dengan fasilitas lengkap, hanya
untuk keluarga mereka, dengan keluasan rizki yang mereka miliki. Atau bisa saja
mereka menyewakan tepat ini menjadi kos-kosan yang pasti akan sangat
menguntungkan. Dan mereka memilih untuk menyediakan tempat ini sebagai asrama
Qur’an tanpa memungut biaya sewa. Dan mereka mau repot-repot menyediakan kami
sarapan pagi tiap Jum’at untuk kami. Dan terkadang mereka harus menerima keberisikan
kami di asrama yang terdengar hingga kediaman mereka. ALLAH, berkahi keluarga
mereka. Berkahi rizkinya, dan izinkan aku untuk suatu saat nanti membangun
rumah dengan asrama Qur’an seperti keluarga mereka.
Yup, welcome to IQF. Indonesia Qur’an Fondation.
Dengan visi “Membentuk generasi intelektual penghafal Qur’an.” Dan memiliki
tiga misi sebagai berikut:
1. Inspirasi. IQF menciptakan produk
dakwah Qur’an melalui berbagai media.
2. Inkubasi. IQF menyelenggarakan
program pembinaan intensif dalam berbagai jenjang. Diantaranya adalah program
Tahfidz Smart dan TPA Sahabat Qur’an.
3. Kolaborasi. IQF melakukan
kerjasama dengan berbagai lembaga atau komunitas dalam rangka syiar dan dakwah
Islam.
Dan program yang pembinaannya bernama Tahfidz
Smart. Apa itu Tahfidz Smart? Tahfidz Smart merupakan program pembinaan Qur’an
intensif berasrama selama satu tahun yang diadakan oleh Indonesia Qur’an
Foundation dengan tujuan untuk membentuk mahasiswa yang memiliki gaya hidup
(habit) Qurani, hafal Qur’an minimal 5 juz (30, 29, 1, 2, dan 3) dan
menjaganya, memahami kandungan 1 Juz Qur’an serta dapat menggunakan bahasa Arab
dasar (praktis, untuk sehari-hari). Program ini dibuka untuk putra dan putri.
Yang diadakan selama satu tahun Insya ALLAH. Santri/santriwati merupakan sebutan
bagi peserta pembinaan Qur’an ini. Santri Tahfidz adalah mahasiswa/I atal calo
mahasiswa berusia 17-25 tahun yang memenuhi syarat dan telah lolos dalam proses
seleksi. Dengan kualifikasi sebagai berikut:
1. Muslim yang berkeinginan kuat
untuk memperbaiki diri agar bisa lebih dekat dengan ALLAH Ta’ala.
2. Bersedia hidup secara berjamaah,
dengan menaati peraturan dan tata tertibnya, dalam lingkungan yang boleh jadi
tidak senyaman di rumah sendiri.
3. Bersedian menjadikan aktivitas
berQur’an sebagai prioritas utama, sejajar dengan aktivitas akademik (kuliah)
yang merupakan amanah (awal) dari orangtua.
4. Mendapat restu/dukungan orangtua.
Dan memiliki 5 target utama:
1. Bacaan Qur’an baik, benar, dan
lancar.
2. Hafal minimal 5 juz Qur’an.
3. Memahami kandungan Qur’an 1 Juz
(Juz 30)
4. Memahami habit Qurani (di antara
indikatornya: senantiasa berQur’an, menjaga amalan harian, serta
berdisiplindalam hal waktu dan kebersihan)
5. Bisa berbahasa Arab Dasar
Nilai-nilai IQF adalah:
1. Duta Qur’an: Kami adalah duta
Qur’an.
2. Keilmuan: Kami adalah penuntut
ilmu.
3. Persaudaraan: Kami adalah satu
keluarga.
4. Produktivitas: Kami muslim yang
produktif.
Semua itu tersusun dalam sebuah buku “Sebuah
Catatan Harian Di Bawah Naungan Qur’an” yang kami miliki yang menjadi buku
wajib kami untuk mengisi berbagai agenda, lembar mutabaah dan evaluasi Qur’an
kami.
Tahfidz Smart 3. Itu nama angkatanku. Mau
tahu taglinenya?
“Tahfidz Smart Tigaaa?!”
“Setiap detik harus bernilai.”
“Mengapa kita ada di sini?”
“Agar kita semakin dekat dengan ALLAH
Ta’ala.”
Mau tahu Program Pembinaan di IQF?
Yuk kita intip
1. Tahsin (Memperbaiki bacaan
Qur’an).
Satu bulan pertama di IQF kami
terbagi dua kelompok antara halaqoh yang masih harus tahsin untuk memperbaiki
bacaannya lagi dan halaqoh tahfidz yang langsung mulai menyetor hafalan karena
bacaan Qur’an mereka yang sudah baik. Dan tentu saja aku masuk halaqoh yang
harus tahsin. Dengan bacaanku yang masih kacau panjang pendeknya, makhrajku
yang masih berantakan tak pantas rasanya aku menambah hafalan. Khawatir ayat
yang kuhafal nanti salah dan memiliki makna yang berbeda karena salah
pelafalan. Astaghfirullah, maafin ya ALLAH, kalo hari ini masih saja sering
salah. Padahal sudah tiga periode aku belajar tahsin di rumah Tajwid. Namun
akibat kebiasaanku membaca Qur’an cepat-cepat dan dikejar target mebuatku tak
kunjung benar dalam perbaikan bacaan. Padahal harusnya aku lebih menjaga
kualitas bacaan daripada sekedar kuantitas bacaan. Astaghfirullah.
2. Tahfidz (Menambah dan Menjaga
hafalan Qur’an)
Di sini kami memiliki target
setoran hafalan setengah halaman per
hari. Dan setoran murojaah 1 lembar per hari. Saat ini aku baru memasuki
setengah dari juz 1 setelah dua bulan menyetor murojaah juz 29 dan 30. Ah,
menghafal Qur’an membuatku semakin menyadari betapa besar dosa-dosa yang
kulakukan, maksiat-maksiat yang pernah kulakukan, karena sulitnya diriku
menghafal ayatNYA. Astaghfirullah.
Kata orang lain, aku punya
kebiasaan aneh saat menghafal. Ya, dengan gaya belajarku yang kinestetik,
menghafal duduk diam di pojokan sama sekali bukan gayaku. Waduh bisa-bisa aku
justru jatuh tertidur. Kalo orang lain cukup dengan Qur’an saja saat menghafal,
peralatan yang kubawa untuk menghafal cukup ribet. Qur’an, HP, Kertas, Pensil,
dan Stabilo. Itu daftar peralatan yang harus kubawa saat aku akan menghafal.
Yang pertama kulakukan adalah mendengar murottal dari HP sesuai ayat yang
kuhafal. Kustabilo setiap awalan penggalan ayat di Qur’anku agar aku mengetahui
titik henti yang benar dan pas. Kutulis di kertas tiap awalan penggalan ayat
itu, dan aku harus melakukan itu semua di tempat favoritku di depan rumah Kak
Umi dan Kak Tya. Lalu aku akan jalan mondar mandir sambil melihat awalan
penggalan ayat itu, sambil terus mengikuti nada murottal. Awalnya aku selalu
mendengar murottal Ghamdi. Tapi kata musyrifahku murottal itu terlalu cepat
untuk kuikuti karena aku harus memperlambat tempo bacaanku. Kemudian aku
mengganti dengan Sheikh Husary. Dan ternyata bertempo sangat lambat dan nafasku
tak kuat untuk mengikuti tempo bacaannya. Dan Ka Umi, musyrifahku menyuruhku
untuk menggunakan murottal Mishary Rashed, dan menjadi murottal favoritku
hingga saat ini.Dan kemudian yang kulakukan adalah membaca arti ayat satu
persatu, dan kemudian mengulang-ulang ayat itu. Ribet memang. Tapi aku masih
merasa itu caraku yang paling efektif untuk membuatku bisa berkonsentrasi untuk
menghafal Qur’an.
Dan karena waktu Qur’an Time yang
hanya satu setengah jam, aku lebih sering menyetor di luar waktu QT karena aku
butuh waktu lebih lama untuk menghafal. Duh, dosaku banyak banget kali ya,
sehingga waktu yang kugunakan untuk menghafal lebih lama dari temanku yang
lain. Itu pun tak selancar mereka.
Awalnya aku punya semangat
menggebu-gebu dan menargetkan hafal 5 juz akhir tahun ini, dan 5 juz berikutnya
hingga selesai program TS 3 di bulan Juli nanti. Sehingga target hafalanku
sebanyak 10 juz selesai program TS 3. Namun melihat track record ku dalam
menghafal sejauh ini, rasanya target itu jauh untuk kucapai. Apalagi aku sama
sekali tak ingin focus mengejar tambahan hafalan, namun justru melupakan ayat
yang pernah dihafal karena tidak dimurojaah. Bismillah, selama aku tetap bisa
mengalokasikan waktuku lebih banyak untuk Qur’an aku akan tetap berusaha
semampuku untuk menambah hafalanku dan menjaga hafalan yang kumiliki.
3. Tafsir (Memahami kandungan Qur’an
juz 30)
Kajian Tafsir diadakan tiap hari
Sabtu pagi. Tiket masuk ikut kajian ini adalah telah mebaca tafsir fi dzilal
Qur’an karangan Sayyid Quthb sesuai surat yang akan dibahas. Senang sekali
mengikuti kajian ini membuatku semakin memahami kandungan surat-surat pendek
tersebut. Dan sepertinya aku harus mulai membaca tafsir sesuai surat yang akan
kuhafal untuk membantuku memahami ayat-ayat tersebut dan tak sekedar hanya
menghafal.
4. Kajian Keislaman
Kajian keislaman di sini biasanya
diisi dengan Fiqih. Pengisinya adalah Ustadz Hasan. Fiqih adalah salah satu
kajian favoritku. Karena banyak sekali yang bisa kutanyakan karena ilmu praktis
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hingga saat ini kami sudah membahas
mengenai thaharah, wudhu, sholat gerhana, dan beberapa materi lain yang aku
agak lupa. Biasanya saat kajian fiqih kami diberi kertas hadits dengan tuisan
arab gundul dan Ustadz akan membacakan hadits tersebut sambil kami menandai
harokat tersebut, kemudian mengartikan hadits tersebut dan membacanya. Setelah
itu sesi yang paling seru adalah sesi tanya jawab, yang anehnya kebanyakan dari
kami sering bertanya di luar materi. Hhehe, setidaknya masih bertanya tentang
masalah fiqih.
5. Bahasa Arab
Pengajar Bahasa Arab adalah
Ustadz Sulaiman. Dan tahukah kalian, ini adalah satu-satunya program di IQF
yang aku masih pedih menjalaninya. Ya, dengan kemampuan bahasa Arabku yang nol
persen, vocabulary bahasa arabku yang juga nol, dan aku yang sama sekali tak
suka mencatat saat belajar, sama sekali tak mudah bagiku untuk mengikuti
program ini. Apalagi hari Senin, aku pulang mengajar di tempat yang paling jauh
sehingga aku sudah terlalu lelah untuk belajar usai Qur’an Time. Ah, aku saja
yang kebanyakan alasan. Harusnya aku menyediakan waktu lebih untuk mempelajari
bahasa syurga ini. Padahal jelas-jelas Qur’an diturunkan dengan bahasa
arab.Tidak mau kan, hafal Qur’an hanya sekedar hafal, namun tidak memahami
artinya? Tidak mau kan mengucap bacaan sholat hanya sekedar pelafalan dan
ritual belaka? Ayo dong Asma, sediakan waktu dan usaha lebih untuk belajar
bahasa syurga ini.
6. Piket dan Kebersihan
Yang keren dari IQF menurutku
adalah kita tidak hanya melakukan pembinaan keilmuan namun juga pembinaan
akhlak. Salah satunya adalah program piket dan kebersihan. Ya, bahkan kami
diatur dalam meletakkan sandal sepatu harus menghadap luar dan terjajar rapi. Mungkin
karena banyak yang tak terbiasa mandiri saat di rumah, agak sedikit kacau
dengan jadwal piket dan kebersihan. Ada yang sering meletakkan barang
sembarangan, Ada yang setiap hari harus diingatkan untuk piket, ada yang sering
lupa mengerjakan piket, ada yang pernah ngambek saat dipaksa piket. Duh
pokoknya rupa-rupa deh. Dan terkadang yang paling membuatku bete adalah
tumpukan piring kotor yang belum dicuci. Tapi semakin hari setidaknya kami
berusaha untuk lebih rapi dan bertanggung jawab. Dan aku sangat mengapresiasi
adik-adikku di asrama Sumayyah yang kini lebih rapi dan bertanggung jawab.
Kalau dulu jadwal piket diatur
bergiliran, kini kami hanya mengerjakan satu pekerjaan yang menjadi
spesialisasi kami. Awalnya tugasku adalah mengepel. Cukup menyenangkan
sebenarnya. Namun terkadang aku sering nggak sabaran menunggu petugas piket
yang menyapu, dan akhirnya aku bertukar tugas dengan Deli yang sangat baik hati
rela menukar pekerjaannya denganku. Kini spesialisasi piketku adalah
membersihkan bawah tangga, menyapu, mengepel, dan juga sesekali menyapu halaman
belakang. Aku senang sekali dengan piketku yang satu ini karena aku bisa
murojaah dengan murottal sambil melakukan tugasku ditemani udara segar pagi. Oh
ya, piketku juga bertanggung jawab akan keberlangsungan air minum di Sumayyah. Sehingga aku juga menyiapkan galon
yang sudah terisi, dan siap diangkut oleh ikhwan ke asrama Sumayyah yang
terletak di lantai atas. Terima kasih yang tak terhingga untuk pengurus, Kak
Zein dan Kak Gun dan ikhwan lainnya yang telah membantu mengangkut galon untuk
keberlangsungan air minum di Sumayyah.
7. Kelas Inspirasi
Hingga saat ini, baru dua kali
kelas inspirasi diadadakan untuk santri TS 3. Yang pertama adalah pelatihan
kaligrafi khuf. Pengisinya adalah Kak Gun, salah seorang pengurus ikhwan. Waktu
itu kami dipekenalkan betapa indahnya kesenian yang Islam miliki dengan bantuan
teknologi digital. Aku yang memang pada dasarnya gaptek abis walaupun pernah
ikut pelatihan desain di computer lagi-lagi cuma bisa terkagum-kagum dengan
karya-karya yang mereka buat. Apalagi waktu itu laptopku tertinggal di rumah
sehingga aku tidak bisa mencoba praktek langsung pelatihan tersebut. Sedikit
menyesal hanya bisa melihat teman-temanku praktek dan menghasilkan karya.
Kelas inspirasi kedua yang baru
diadakan Sabtu kemarin adalah ruqyah syar’iyyah. Kita diputarkan video-video
orang yang sedang diruqyah, juga diberi tahu cara meruqyah orang lain dan diri
sendiri. Hmm, sepertinya aku harus coba meruqyah diriku sendiri. Dengan bacaan Qur’an
tentunya.
8. Olahraga
Olahraga yang diadakan tiap
pekan. Kami biasa berolahraga ke UI, tepatnya di Rotunda. Senang rasanya
menghabiskan Sabtu pagi berjalan kaki bersama menuju UI bersama teman-teman
asrama. Terkadang kami menjadi pusat perhatian dengan jilbab panjang yang kami
kenakan dan berjalan berombongan. Bahkan Ratna pernah bercerita, waktu olahraga
pertama ketika dia jalan belakangan rombongan kami, dia mendengar salah satu perempuan
lain berkomentar tentang kami.
“Kayaknya kita tuh dosa banget
yaa, dibandingkan mereka.”
Mendengar cerita dari Ratna membuatku ingin
sekali menjawab komentar mereka. Ukhti sayang, bukan berarti dengan jilbab
panjang kami, kami jauh lebih baik dari kalian dan dipastikan masuk syurga,
tidak seperti itu. Kami juga sering berbuat salah dan dosa. Tapi setidaknya,
jilbab ini hanya salah satu upaya kami untuk mentaati perintahNYA, dan semoga
ALLAH meluruskan niat kami dan menjaga kami untuk tetap istiqomah di jalan ini.
Dan semoga dengan kerendahan hati yang kalian miliki memacu kalian untuk
berhijrah dan memperbaiki diri sedikit demi sedikit dan mendekatkan diri
padaNYA. Yuk sama-sama berusaha meraih cintaNYA. Dan tentu saja itu hanya bisa
kutuliskan tanpa bisa kulontarkan kepada mereka. Karena bahkan aku tak pernah
mengetahui siapa mereka. Aku hanya bisa berharap suatu saat nanti di antara
mereka ada yang mebaca tulisan ini.
ALLAH, sekali lagi syukur yang tak terhingga
memberiku kesempatan untuk tinggal di sini.
Membuatku memaknai bahkan setiap detik kehidupanku. Membuatku untuk
menjadikan hari-hariku jauh lebih produktif dan menghindarkanku akan kebiasaan
jelekku dahulu yang dengan mudahnya membuang waktu dengan menonton film atau
kegiatan lainnya yang tidak produktif. Membuatku untuk selalu menjaga mimpiku
akan kehidupan akhirat yang jauh lebih kekal dibandingkan dunia yang hanya
sementara. Dan terutama mempertemukanku dengan saudara-saudara seiman yang
sangat luar biasa.
Sedikit catatan untuk pengurus dan
founder-founder IQF. Aku tak pernah berhenti berterima kasih dengan effort
kalian dalam membangun IQF. Program pembinaan yang kalian susun begitu luar
biasa. Semoga ini menjadi amal jariyah yang mampu mengalirkan pahala yang tak
putus untuk kalian. Terima kasih untuk para pengurus yang mau susah payah
mengurus air, menguras torent, membetulkan asrama Sumayyah yang terkadang
bermasalah, membetulkan saluran air yang tersumbat, mengangkat karpet dan
membersihkannya, dan bersedia direpotkan mengangkat galon. Semoga ALLAH menjaga
kalian untuk tetap istiqomah di jalanNYA.
Maa syaaAllah.. :')
BalasHapus