Sahabat-sahabat Pencinta Qur'an


Kau tahu, salah satu nikmat yang tak pernah berhenti kusyukuri adalah menjadi bagian dari tempat ini. Di tempat yang aku bisa lebih intens dalam mempelajari Al Qur’an dan mendekatkan diri pada Nya. Di tempat yang kutemui banyak orang hebat tak hanya urusan dunia, terlebih akhirat. Di tempat ini kutemukan ketulusan. Di tempat ini aku menemukan betapa nyata indahnya ukhuwah. Di tempat yang aku bisa membangun mimpi dunia akhirat di dalamnya. Dan aku ingin mengenalkan padamu satu persatu orang-orang yang selama ini membersamaiku membangun mimpi tentang syurga.

Kak Umi aku menyebutnya. Musyrifahku, tempatku menyetor hafalan. Punya kesabaran luar biasa mendengar hafalanku yang suka masih belepotan. Ka Umi yang selalu bisa memotivasiku. Ka Umi yang selalu mau mendengar keluh kesahku.Kak Umi yang sering bercerita banyak yang mampu menginspirasiku. Kak Umi, tempatku bercerita akan mimpi-mimpiku.Kak Umi yang punya mimpi membangun IQF di Banten, tempatnya asalnya. Kak Umi yang sering bercerita tentang betapa miris semangat Qur’an masyarakat di sana. Kak Umi yang sering menggodaku untuk urusan pernikahan dan aku terkadang menjawab sembarangan. Kak Umi yang cuek dan sanguinis namun memiliki kepekaan yang cukup tinggi. Kak Umi yang nggak suka menuntutku, nggak suka diatur dan tak suka mengatur orang lain. Sangat cocok untuk orang sepertiku yang juga tidak suka di atur. Ka Umi yang selalu ikhlas meluangkan waktunya, padahal jelas-jelas jam kerjanya sudah usai setelah Qur’an Time dan masih mau mendengarkanku menyetor hafalan di luar waktu Qur’an Time, meski di tengah tumpukan tugasnya sebagai mahasiswa SEBI. Terima kasih banyak ka, semoga semua urusan kakak diberkahiNYA.

Kak Tya aku menyebutnya.Jauh-jauh dari Kalimantan untuk menjadi musyrifah di sini. Masya Allah ka, maafkan kami kalo terkadang kami belum total dalam menghafal Qur’an padahal kami memiliki kemudahan lokasi rumah yang dekat. Kak Tya yang imut dan lembut. Kak Tya yang bisa menasihati orang dengan bijak. Kak Tya yang seorang pendengar yang baik. Kak Tya yang lucu dan aku ingat betul komentarnya saat aku berkata dengan nadaku yang biasa heboh saat diberi makanan saat aku selalu bilang betapa bahaginya hidupku tinggal di sini.  Kata Kak Tya “Kak Asma tuh orang yang sangat mensyukuri sesuatu ya.” Duh kak, aku saja yang memang terlalu ekspresif dalam menyikapi segala sesuatu.

Mayah namanya. Mahasiswa Psikologi UI angkatan 2014. Hal yang tidak disukainya adalah menyetrika. Membuang waktu katanya. Patner piketku yang selalu menyenangkan untuk  diajak bekerjasama.Mayah yang selalu tanggap dan mau menolong. Mayah yang sering ceroboh, heboh, dan penakut. Mayah yang sering menaruh barang di sembarang tempat. Mayah yang bertanggung jawab dan mampu bersikap lebih dewasa dibandingkan teman seangkatannya. Mayah yang tulus dan selalu rendah hati. Sering bilang merasa tak pantas dan cukup rajin seperti temanya yang lain, padahal yang selau kulihat dia tak pernah berhenti belajar. Sering tertidur di lantai, di depan laptop, atau dengan buku-buku tebal di sampingnya. Mayah adalah salah satu sumber inspirasiku. Betapa tidak, di tengah tumpukan tugas dan kesibukannya sebagai mahasiswa, dia tak pernah absen menyetor hafalan. Hafalannya sudah melewatiku, padahal kita mulai start bersama. Ah, aku malu, betapa besar maksiat yang kulakukan sehingga begitu sulit aku menghafal Qur’an. Astaghfirullah. Sekali lagi tentang Mayah. Mayah yang kritis, namun lucu saat menyampaikannya dengan logat medoknya. Mayah yang selalu punya semangat tinggi dan bisa menularkan ke orang lain dengan cara yang menyenangkan. Mayah yang katanya nggak bisa dan nggak minat untuk jadi entrepreneur. Nggak bakat katanya. Ah, kau memang terlalu tulus untuk memasuki dunia seperti itu May. Tak sepertiku yang selalu sibuk mengitung untung dan rugi. Mayah yang bercita-cita memberdayakan anak jalanan. Mayah yang memilih ladang dakwahnya untuk mengajar anak TPA. Mayah yang membuatku selalu teringat akan idealismeku yang terkadang tergadai akan realita. Tetap idealis ya sayang, tetap tulus, dan jangan pernah lelah untuk menggapai impianmu.

Rani namanya. Mahasiswa Arsitektur UI angkatan 2011. Cantik, cerdas, rajin, famous, menyenangkan, punya banyak teman orang-orang hebat, dan punya penggemar yang tidak sedikit.  Jika kau memiliki banyak predikat itu, akankah kau tertarik untuk menjadi seorang penghafal Qur’an? Sementara kau dikelilingi orang-orang yang katanya hebat namun hanya memimpikan dunia. Ya, bagiku orang-orang yang benar-benar teruji keimanannya adalah ketika dunia di sodorkannya dan dia tetap memilih kehidupan akhiratnya. Ketika kau tetap bisa istiqomah dengan identitas muslimahmu di tengah lingkunganmu yang heterogen. Ketika kamu menampilkan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin. Dan Raniku mampu membawa itu semua. Kau tahu Ran, tekadang aku lupa bahwa kau lebih muda dariku. Dengan prestasi-prestasi yang kau hasilkan, sikapmu dalam memandang suatu persoalan, dan treatmentmu ke adik-adik asrama yang membuatmu selalu dihargai. Kau tahu Ran, berbincang bersamamu selalu sangat menyenangkan. Rani yang rajin dan penuh tanggung jawab. Rani yang ekspresif dan selalu punya cerita untuk dibagi. Rani yang bisa tegas dan jujur untuk mengevaluasi orang lain. Kita sama-sama saling mengingatkan ya Ran, untuk selalu istiqomah dalam menggapai ridhoNYA.

Farah namanya. Mahasiswi PNJ 2011.Cantik, lembut, baik hati. Sosok akhwat idaman. Farah yang punya semangat tinggi dalam belajar dan menghafal dalam diamnya. Farah yang pernah bertanya padaku  “Kakak lagi ngapain di sini?” “Ngafalin, far. Hhe.” “Aku ikutan ah.” Dan dia menemaniku menikmati tambahan Qur’an Time saat malam hari di depan rumah ka Umi. Farah yang tak pelit membagi makanannya. “Kakak makan itu aja?” “Hhe, iya far.” “Mau makan nasi nggak kak?” “Nggak kok Far.” “Serius ka, emang kenyang makan kayak gitu. Aku punya nasi kuning. Kakak mau?” “Hah?! Bukannya buat kamu bawa?” “Nanti aku beli lagi aja.” “Waah makasih farah”. Farah yang rapi dan teratur. Farah yang seorang pendengar yang baik. Farah yang tekun dan mau berusaha lebih. Farah yang selalu rajin mengajar TPA.  Kau tahu far, jika aku memiliki kewenangan untuk memberi predikat santri terbaik di IQF sepertinya aku akan menyematkan itu padamu. Kau yang tak pernah henti dan selalu mau berusaha lebih untuk menghafal Qur’an lewati waktu Qur’an Time. Walaupun aku sadar betul kau masih memiliki tanggung jawab tugas akhir yang harus kau selesaikan.

Yasmin namanya. Mahasiswa Hukum UI 2014. Juniorku saat SMA dulu. Hey, bahkan aku sama sekali tak menduga akan bertemu dengannya di tempat ini. Aku menyimpan nomernya di handphoneku sebagai calon mentor siswi SMAN 3 Depok. Anak Rohis yang cukup gaul kelihatannya. Begitu pikiranku kala itu. Dan ketika kutemukan namanya dalam grup akhwat calon santri IQF aku cukup terkejut. Betapa Allah mempertemukan seseorang dengan cara yang tak terduga. Yasmin yang punya senyum manis dan suara yang sok imut tapi menyenangan. Yasmin yang terkadang begitu menyebalkan saat ditanya. Yasmin yang iseng abis dan suka menggoda yang lain. Yasmin yang ramah dan tak segan menyapa setiap orang yang dilewatinya, bahkan dengan motor yang dikendarainya, dan dia berhenti untuk sekedar menyapa. Yasmin yang kelihatan manja namun aku tahu dia cukup tegar dan jarang menampakkan masalah pribadinya. Yasmin yang nggak pernah jaim dan tulus apa adanya. Yasmin yang ceria dan selalu ramai. Rasanya asrama akan sangat sepi tanpa kehadirannya. Yasmin yang nggak pernah mau mencuci piring dan nggak mau olahraga lari. Yasmin yang paling terganggu dengan air sumayyah yang memang tak bisa dibilang jernih. Yasmin yang jago bahasa inggris. Yasmin yang rajin mengajar TPA. Yasmin yang setia kawan. Yasmin yang terkadang komentarnya mampu membuatku berpikir banyak.

Isma namanya. Mahasiswa PNJ 2011. Terlihat cuek dan berkata ceplas ceplos. Tapi aku sadar betul, Isma adalah akhwat paling peka di asrama. Isma yang selalu bisa tahu masalah orang lain. Isma yang selalu care dengan orang lain.  Isma yang tulus dan tak pernah perhitungan. Isma yang selalu bisa diandalkan. Isma, satu-satunya akhwat yang bisa memasang gas. Isma yang selalu bisa memancing tawa dengan komentar-komentarnya. Isma yang penuh tanggung jawab. Isma yang nggak pernah jaim dan selalu tulus apa adanya. Isma yang peduli dan mau mengingatkan orang lain. Isma yang terkadang begitu peduli akan penampilannya.

Irma namanya. Lulusan FKM UI, angkatan 2010, sepertiku. Dan kau tahu, aku benar-benar belajar arti rendah hati darinya. Irma yang tak pernah punya secuil pun kesombongan. Irma yang dengan mudahnya bisa membaur ke maba-maba di asrama Sumayyah, dan langsung disayang. Irma yang walaupun memiliki tempat kerja yang jauh, terburu-buru berangkat, berdesak-desakan kereta tiap pagi, selalu punya semangat berQur’an Time tinggi. Irma yang memiliki kebiasaan unik menghafal di kereta saat libur. Irma yang nggak enakan dengan orang lain. Irma yang sering merasa tak cukup hebat dibandingkan yang lainnya padahal justru dialah sumber inspirasiku, tetap bisa semangat menghafal Qur’an dengan tuntutan pekerjaannya di tempat yang jauh, yang selalu tulus dan mau belajar, yang memiliki effort lebih untuk menghafal Qur’an. Dan saat ini Irma sedang sakit dan dirawat di Solo. Syafakillah ya Irma, kita kangen banget sama kamu di sini. 

Deli namanya.Siswa Ronin Nurul Fikri, tempatku bekerja. Senyum manisnya, suaranya yang halus dan menyenangkan. Suara mengajinya yang paling kusukai. Deli yang selalu murah hati dan tak pelit berbagi. “sok aja” Itu jawabannya setiap kali aku minta sesuatu darinya. Deli yang sensitif dan mudah menangis. Deli yang berantakan dan mengaku tak bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, namun cukup bertanggung jawab dengan tugas piketnya. Deli yang tak segan untuk memasak nasi walaupun itu bukan tugasnya. Deli yang sangat menghargai orang lain. Deli yang selalu punya cerita untuk dibagi. Maafin ya Del, sudah nggak pernah ngajarin ekonomi lagi, kalau mau belajar bilang aja ya Del, nggak usah nggak enakan. 

Silmy namanya. Mahasiswa FKM 2014. Kaput di SMAnya dulu. Wajahnya lembut dengan senyum manisnya. Matanya selalu terlihat mengantuk kata orang-orang. Silmy yang sering kuminta tebengan dulu untuk pulang ke rumah dan terkadang mau menungguku yang masih ribet, padahal dia juga sedang terburu-buru. Silmy yang begitu menghargai orang lain. Silmy yang terkadang slebor. Silmy yang sering tertidur sembarangan di lantai di tengah tumpukan tugasnya. Ah, kau tahu sayang, betapa hebat jalan yang kalian pilih wahai mahasiswa santri IQF. Di tengah kepadatan dan kesibukan kalian sebagai mahasiswa dengan tumpukan tugas yang menggunung, ujian-ujian yang harus kalian hadapi, kalian masih bisa komitmen untuk berQur’an Time dan istiqomah dengannya. Sekali lagi tentang Silmy. Silmy yang mau bercerita dan mendengar ceritaku. Silmy yang selalu bisa melihat sisi baik orang-orang. Silmy dengan ceritanya tentang keluarganya yang sangat menginspirasi.

Sani namanya. Mahasiswi Psikologi Gunadarma angkatan 2013. Punya hafalan 13 juz. Lulusan NF Lembang. Sani lah yang pertama kali mengantarku kemana-mana, belanja keperluan asrama, tabung gas, panci dan peralatan dapur lainnya. Sani yang selalu tulus dalam berbagi. Sani yang selalu mau repot mengantarkan orang kemana pun. Sani yang kocak dan selalu punya kosa kata baru di asrama. Sani yang sering refleks teriak-teriak bila kaget. Sani yang selalu membuat orang tertawa dengan kelakuannya. Sani yang cuek dengan penampilan namun sangat rapi dalam mengatur barangnya di lemari. Sani yang selalu suka bersenang-senang. Dengannya semangat berpetualangku kembali hidup.

Aku memanggilnya kak Pipit.Kak Pipit yang imut dan pemalu. Sahabat setia yang membersamaiku belajar tahsin di Rumah Tajwid. Orang Padang asli, yang identik katanya pelit tak kutemukan dalam dirinya. Kak Pipit yang tak pelit dan selalu mau berbagi. Pensil yang kau berikan akan kujaga baik-baik ka, dan semoga bisa bermanfaat untuk kugunakan dalam kebaikan. Kak Pipit yang polos dan suka bertanya dengan pertanyaan yang sering membuatku tertawa. Kak Pipit yang terkadang seperti anak kecil.  Kak Pipit yang care dan mau mendengar ceritaku. Kak pipit yang selau mengingatkanku untuk selalu berkata positif dan menghilangkan kebiasaan ku berkata negatif. “Aku sebel kak.” “Eh, kamu jangan suka ngomong sebel-sebel. Nggak bagus. Ngomongnya yang baik-baik aja.” Hhaha, terima kasih kak.

Ratna namanya. Aku ingat betul Ratna adalah sosok pertama yang kuhubungi untuk mendaftar IQF. Ratna lah yang dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaanku saat aku ribet mendaftar. Ratnalah yang mewawancaraiku saat masuk IQF awal. Aku sama sekali tak menduga bahwa dia adalah angkatan 2011. Sosok yang tegas dan terlihat dewasa. Berbeda sekali denganku yang justru lebih tua darinya. Ratna yang terlihat jutek namun punya selera humor tinggi dan bisa mengingatkan orang dengan cara yang menyenangkan. Ratna yang sangat menghargai orang lain. Ratna yang suka sekali make up dan menjadi langganan produk Wardahku. Sering sekali bertanya dan aku tidak tahu jawabannya, haha, aku saja yang aneh jualan make up tapi nggak pernah pakai make up, dan sama sekali tidak mengerti produk yang kujual.

Sarah namanya. Mahasiswi Farmasi Profesi Apoteker UI. Patner taakhi ku dalam mengahafal. Cantik, baik, dan sering tertawa. Memiliki suara yang sangat indah dalam mengaji. Aku tak pernah berhenti bersyukur memiliki patner sepertinya. Punya ketelitian yang luar biasa dengan ilmu tajwidnya. Bacaanku yang masih berantakan dikoreksinya dengan kesabaran luar biasa. Dan yang tak pernah berhenti membuatku kagum, Sarah yang selalu ujian di kampusnya, tak pernah absen menyetor hafalannya, dan selalu mendapat nilai terbaik untuk ujian di IQF, baik fiqih, bahasa arab maupun tafsir. Wuaa, aku yang jauh lebih memiliki waktu lebih fleksibel daripadanya tak pernah sengaja menyempatkan diri belajar untuk itu. Aku yang cuma dapat ujian di IQF, tak pernah berusaha fokus mempelajarinya materi yang diujikan dan selalu mendapat nilai jelek. Sementara Sarah dengan ujian-ujian di kampusnya, dia masih mampu belajar dan mendapat nilai terbaik saat ujian IQF. Sarah yang katanya susah dibangunkan tidurnya. Sarah yang sering sekali memulai pembicaraan tentang tema yang paling hits di kalangan akhwat, yaitu tentang pernikahan. Hmm.

Isa namanya. Calon hafidzoh dengan hafalannya yang luar biasa banyak. Teman satu organisasi dengan adikku di Nurani. Isa yang lucu dan sering minta dielus kepalanya olehku. Isa yang sangat menghargai orang lain. Isa yang tak pelit membagi rendang asli padang kiriman dari rumahnya yang enak banget. Isa yang terkadang suka bingung membagi tugasnya di organisasi dan di IQF karena kesibukannya yang sangat luar biasa. Isa yang suka cerita dan senang bertanya tentang keluargaku.

Khansa namanya. Panggilannya Ocha. Ramah dan punya senyum yang sangat menyenangkan. Seorang pendengar yang baik. Senang sekali rasanya bercerita kepada Ocha karena selau mendapat  respon yang tulus dan menyenangkan. Ocha yang sangat menghargai orang lain. Punya semangat entrepreneurship tinggi dengan jualan moringnya, namun sangat tulus dan sering membagi gratis produk jualannya. Semoga usahamu berkah ya Cha.

Hanif namanya. Mahasiswi Teknik Sipil 2013. Namanya seperti nama lelaki, saat ditanya alasan namanya jawabannya agak kocak. Katanya kalo Hanifah namanya agak ndeso jadi dinamain Hanif biar keren. Orang asli tegal seperti Ratna dan Sarah. Perawakannya mahasiswi teknik abis. Kocak dan selalu ramai. Nggak pernah jaim dan suka berkomentar yang memancing tawa. Paling pintar ngeles kalo lagi diingatkan sama Ratna, sang supervisornya. Namun punya ketulusan luar biasa dan ringan tangan dalam membantu. Sering mengajari Deli Matematika dan pernah melayani pertanyaanku akan soal-soal muridku yang tak bisa kuselesaikan, padahal dia juga punya tumpukan tugas yang harus diselesaikan. Sering mengantar orang lain yang butuh tumpangan.  Sering menawarkan bantuan ke orang lain yang membutuhkan.

Khaulah namanya.  Mahasiswi Sastra Indonesia 2013. Yang membuatku terkejut adalah Khaulah merupakan adik dari seniorku saat di kampus dulu. Terlihat lebih dewasa dengan kerudungnya yang super lebar. Tak sungkan untuk mengingatkan orang lain yang benar dan yang salah. Walaupun terkadang perlu diingatkan untuk piket dan bangun. Murah hati dalam berbagi. Sering meminjamkanku berbagai barangnya yang super lengkap mulai dari benang jahit hingga tas. Duh, jadi ingat, maaf ya Khau, tasmu belum kubetulin. Rajin membeli dan membaca buku walaupun di tengah berbagai kesibukannya. Duh, jadi malu, sudah berapa lama buku yang terakhir kubaca, dengan alasan tak ada waktu, padahal aku yakin betul Khaulah yang jauh lebih sibuk dariku masi menyempatkan diri untuk membaca buku. Dan yang lebih hebatnya lagi, Khaulah juga memiliki semangat entrepreneurship tinggi dan terbukti nyata dengan produk jlbabnya. Khaulah yang pendiam namun selalu punya cerita yang menginspirasi.

Yanti namanya. Mahasiswi Teknik Elektro 2011. Tampilannya yang lembut dan kalem tak terlihat seperti anak teknik. Mendengar ceritanya saat awal mulai pakai jilbab, membuatku meyakini betapa Allah selalu punya cara unik dalam mendekatkan hambaNYA kepadaNYA. Dan ketulusan Yanti untuk mau berinteraksi lebih dengan Qur’an yang membuatnya sampai di tempat ini. Yanti yang selalu merasa diri sebagai orang biasa namun memiliki ketulusan yang luar biasa, dengan mengajar TPA untuk anak jalanan. Tak banyak aku berinteraksi dengan Yanti, namun aku menemukan ketenangan pada dirinya.

Aku memanggilnya kak Lingling. Punya kegigihan dan ketegaran luar biasa. Selalu terlihat kuat dan tak pernah bercerita masalah pribadinya. Kak Lingling yang punya semangat entrepreneurship tinggi dan sering memiliki kesamaan ide denganku. Kak Lingling yang agak emosional, mungkin selaras dengan karakternya yang kuat dan punya prinsip. Kak Lingling selalu terlihat cantik dengan baju-baju yang dikenakannya. Kak Lingling yang keren dan suka naik gunung.

Aku memanggilnya kak Narti. Panggilan kesukaannya adalan Naruti-chan. Langgananku yang sering membeli pulsa. Sedikit waktu interaksiku dengannya. Karena selain tak satu asrama, aku juga tak pernah 1 halaqoh qur’an. Selalu terlihat rapi dan cantik saat Qur’an Time pagi. Karena usai QT pagi dia harus mengejar kereta ke tempat kerjanya di Jakarta. Ah, betapa hebatnya kau ka, dengan tuntutan pekerjaanmu di Jakarta, berdesakan tiap pagi di kereta, kau tetap memilih untuk tinggal di asrama ini, dan jarang absen saat QT. Kak Narti yang halus dan punya suara lembut.

Itu catatanku tentang akhwat IQF santri TS 3. Sholihat, betapa aku menyayangi kalian karena ALLAH.Dan aku tak pernah berhenti berharap agar kita tak hanya dipertemukan dan dipersaudarakan di dunia, namun juga di syurga kelak. Semoga kita bisa sama-sama menikmati waktu Qur’an Time di syurga kelak. ALLAH, bantu kami, jaga kami, luruskan niat kami, kuatkan kami,  untuk tetap bisa tetap istiqomah menggapai mimpi kami menjadi seorang hafidzoh, karenaMU, untukMU, dan dengan cara yang KAU ridhoi.


Komentar

Postingan Populer