Kenapa Menghafal Qur'an


1. Salah satu usaha nyata yg bisa dilakukan untuk meraih surgaNYA.
Ya. Bentuk usaha nyata menurutku. Dengan menghafal Qur’an memaksaku, tidak memaksa sebenarnya karena dengan senang hati kulakukan, untuk berinteraksi lebih dengan kalam ALLAH. Memberi porsi waktu yang lebih untuk Qur’an, membuatku berfikir berkali-kali lipat saat futur menggodaku untuk bermaksiat dan menghindarinya sejauh mungkin. Membaca kalamNYA, membuatku semakin memahami betapa ALLAH Maha Pengasih lagi Maha Pemurah. Betapa indah syurga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, betapa menyeramkan neraka yang apinya menyala-nyala. Dan yang kusadar betul aku bukan Abu Bakar yang bisa masuk syurga lewat pintu mana saja karena amalan yang dilakukannya selalu yang terbaik. Aku bukan Umar bin Khottob, seorang khalifah yang sangat adil, ditakuti syetan dan orang kafir, namun begitu mudah menangis saat diingatkan tentang akhirat. Aku bukan sahabat-sahabat nabi yang begitu luar biasa dalam amalan dan ibadah yang mereka lakukan. Aku bukan seorang mujahidah yang mengorbankan harta bahkan nyawa untuk membela agamaNYA, seperti saudara-saudaraku di Palestina, Suriah, Mesir, dan belahan bumi lainnya. Aku bukan seorang pemimpin yang adil, yang mencintai rakyatnya dan rakyatmya mencintainya. Aku bukan seorang ilmuwan yang bisa menciptakan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan menjadi amal jariyah yang tak putusnya mengalirkan ladang pahala. Aku bukan seorang dai yang mewakafkan hidupnya di jalan dakwah. Aku bukan seorang yang kaya raya yang menyedekahkan hartanya dimana-mana. Lalu, aku ingin masuk syurga lewat pintu apa? Ah, ALLAH, setidaknya aku hanya bisa sedikit tertatih mencoba mengetuk pintu rahmatMU, dengan jalan ini.

2. Hidup berkah dunia akhirat. 
Ya. Hidup berkah. Sebenarnya apa sih yang dicari manusia mati-matian dalam hidupnya? Harta? Tahta? Wanita/Pria yang dicintainya? Hmm. Yang kutahu muaranya satu. Yakni kebahagiaan. Yakinlah setiap orang mencari kebahagian. Kebahagiaan menurut persepsinya masing-masing. Dan aku percaya keberkahan adalah kunci dari kebahagiaan. Ya, keberkahan. Percuma kau punya uang, harta berlimpah, rumah mewah, mobil, helicopter, perusahaan, jika hartamu tidak berkah. Jika hartamu berasal dari sumber yang tak halal. Jika dari hartamu tak kau alokasikan oleh orang –orang lain yang juga berhak menikmati harta dan rizki yang ALLAH beri untukmu. Jika hartamu kau gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Tahta? Kedudukan? Popularitas? Pembuktian bahwa saya orang hebat? Lalu, untuk apa semua itu? Untuk apa hebat di mata makhluk sementara Yang Maha Hebat justru menilai rendah diri kita? Demi Wanita/Pria yang dicintai? Hey, seberapa yakin mereka bisa membawamu ke dalam kebahagiaan hakiki? Berapa banyak orang yang memiliki harta berlimpah, popular, memiliki banyak penggemar, dicintai banyak orang, akhirnya mati bunuh diri. Hey, itu menununjukkan bahwa semua itu bukanlah kebahagiaan hakiki. Itu menunujukkan ada yang salah ketika keberkahan tak menyertai dari apa yang kita miliki. Aku percaya membersamai Qur’an membuatku berkah. Keberkahan yang bisa membawaku pada kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan yang tak hanya di dunia yang fana, namun terutama kebahagiaan di akhirat yang kekal abadi.

3. Mempersembahkan mahkota buat umi abi di surga. 
“Barangsiapa yang membaca AlQur’an dan melaksanakan yang terkandung di dalamnya, kedua orangtuanya pada hari kiamat nanti akan dipakaikan mahkota yang sinarnya lebih terang daripada sinar matahari di dalam rumah-rumah di dunia, jika matahari tersebut ada di antara kalin, bagaimana perkiraan kalian dengan orang yang melaksanakan Al Qur’an?’’(H.R. Abu Dawud, 1241) 
Kau bermimpi untuk memberikan orangtuamu sesuatu yang berharga? Berniat mengajak pergi haji? Membelikan rumah? Mobil? Kendaraan? Impianku tak sesederhana itu. Dear Umi, Abi. Asma belum bisa membalas banyak kebaikan kalian. Asma juga belum bisa jadi anak sholihat yang selalu menuruti perintah kalian. Tapi setidaknya Asma punya mimpi untuk mempersembahkan kalian mahkota di syurga kelak. Semoga Allah mempertemukan kita kembali di syurgaNYA. Semoga ALLAH menjadikan kita keluarga tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat, di syurgaNYA. Doain Asma, selalu untuk bisa tetap istiqomah di jalan ini, Bantu Asma dengan ridho kalian dari jalan yang Asma pilih ini.

4. Bentuk penjagaan dari silaunya dunia. 
Aku percaya Qur’an mebuatku terjaga. Terjaga untu tidak tergoda pada silaunya dunia. Uang berlimpah, hiburan yang katanya menyenangkan, popularitas, titel, dan lain sebagainya. Toh, semua itu takkan dibawa mati. Toh semua itu hanya sementara. Toh semua itu akan dipertanggungjawabkan. Apakah dengan semua karunia yang ALLAH berikan untukmu bisa memperberat timbangan amalmu kelak di akhirat, atau justru mengantarkanmu ke dalam neraka. Terjaga untuk tidak melakukan maksiat. Berinteraksi dengan Qur’an membuatku mengatur ulang mimpi-mimpi duniaku. Membuatku semakin memilih dan memilah, sebenarnya apa yang kucari dari mimpi-mimpiku? Jika impianku itu tidak semakin mendekatkanku menuju syurga, untuk apa? Jika impianku tidak membuatku semakin mengimaniNYA, untuk apa? Ah, ALLAH, bantu diri untuk selalu menjaga mimpi-mimpi akhiratku di tengah berbagai godaan akan mimpi dunia. ALLAH, bantu kami untuk tetap setia membersamai Qur’an, tak melupakannya, apalagi meninggalkannya. Luruskan niat kami.

5. Memiliki keluarga penghafal Qur'an. 
Aku bermimpi. Untuk memiliki seorang anak penghafal Qur’an. Punya anak sholeh yang bisa terus mengalirkan doa untukku ketika aku sudah berada di alam kubur. Aku bermimpi. Memiliki keluarga dengan Qur’an sebagai pondasi dasarnya. Dan langkah yang bisa kulakukan saat ini, untuk menggapai mimpiku adalah dengan memulai dari diri sendiri. Bagaimana mungkin aku menuntut untuk menjadikan anakku seorang penghafal Qur’an, sementara aku tidak melakukannya? Bagaimana mungkin aku bisa membangun keluarga Qurani sementara aku tak punya basic Quran yang kuat? Bismillah, dimulai dari diri sendiri, dari hal sederhana, dan dimulai dari sekarang.

Yup. Mungkin memang tidak semua penghafal Qur'an dipastikan masuk surga, bahkan justru ada yg dihisab karena tidak amanah dalam menjaga hafalannya. Dan terkadang niat yg tidak lurus, riya, sombong bermunculan. Menganggap hebat diri sendiri karena memiliki banyak hafalan padahal jarang diamalkan. Astaghfirullah. Padahal jelas-jelas Al Qur'an diturunkn bukan sekedar dibaca atau dihafalkn, namun harus diamalkan. Inget kan Umar yg tidak akan melanjutkn hafalannya sebelum perilakunya bisa sesuai dengan Surat yg sudah dihafalnya? Sementara jangankan diamalkan, terkadang hafalan lama belum lancar terkadang bernafsu menambah hafalan baru dan kemudian dengan bangga menyebutkn jumlah hafalan yg entah masih hafal atau tidak. Allah, maaafkan. Sungguh maafkan. Jaga kami, kuatkan kami, luruskan niat kami untuk tetap bisa istiqomah mempelajari kalamMu, untukMu, dan dgn ridhoMu.

Komentar

Postingan Populer