pelajaran tentang kematian
Namanya Arrijal. Adik kelas satu jurusanku di kampus dahulu.
Menjadi seorang kakak mentor kelompok PKMnya saat dia menjadi maba, cukup
memberiku gambaran tentang sikapnya yang bertanggung jawab dan bisa diandalkan.
Selain itu dia sangat hanif. Seperti nama belakangnya. Bersemangat mengikuti
berbagai kegiatan dakwah di fakultas, meskipun kebanyakan teman-teman jurusannya
sangat berbeda. Pembawaannya yang ramah dan keaktifannya di organisasi kampus
membuatnya cukup dikenal.
Tiga hari yang lalu aku terkejut mendengar seorang teman
mengabarkan di grup. Arrijal mengalami kecelakaan dan hilang di laut. Dua hari
kemudian jasadnya ditemukan. Dan kemarin, aku pun ikut serta takziyah dan
mengantarkannya pada proses pemakamannya. Banyak sekali teman-teman yang
mengantar kepergiannya. Semua menangis. Ingat kebaikannya. Tak menduga secepat
itu kepergiannya.
Umurnya 24 tahun. Kelahiran 1992. Sama sepertiku. Aku
tercenung mengamati nisannya. Untuk pertama kalinya aku melihat langsung seseorang
dimasukkan dalam liang lahat. Dan aku cukup mengenal baik orang itu.
Kematiannya membuatku tersadar. Bahwa mati memang tidak mengenal usia.
Sejak sebelumnya, aku sibuk merancang mimpi-mimpi duniaku.
Sibuk memasang target-target yang ingin kucapai. Seolah lupa bahwa hidupku di
dunia hanya sementara. Dan tiba-tiba Allah menunjukkan padaku akan kematian.
Dear myself.. have you prepared for your death? What have you
done? What are you going to do before you die?
Kira-kira, saat aku meninggal nanti, seperti apa keadaanku?
Akan seperti apa nasibku di alam kubur? Akan seperti apa nasibku di hari
perhitunganNya? Akan seperti apa nasibku di akhirat?
Allah, boleh memohon? Memohon dengan amat sangat. Meninggal
dalam keadaan khusnul khotimah dan syahid di jalanMu. Meninggal dalam keadaan
bebas hutang, bebas barang pinjaman, dan dimaafkan semua orang. Meninggal
dengan meninggalkan amal jariyah yang bisa menjadi teman di alam kuburku.
Aamiin.. :)
BalasHapus